Diskusi Kelompok Terfokus di UNESA: Penulisan Berita dengan Perspektif Pro Korban
Pada Selasa, 5 November
2024, Pusat Gender Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)
Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menyelenggarakan Focus Group Discussion
(FGD) yang bertema “Menulis Berita dengan Perspektif Pro Korban”. Kegiatan ini
berlangsung dari pukul 08.00 hingga 11.00 WIB di Gedung i.8 lantai 2 (Ruang
Kuliah S2) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) UNESA. Diskusi ini
menghadirkan Eben Haezer, seorang jurnalis senior dari Surya, sebagai
narasumber, serta dipandu oleh Putri Aisyiah Rachma Dewi, dosen Ilmu Komunikasi
di UNESA.
Dalam diskusi yang
berlangsung hangat dan interaktif, Eben Haezer memaparkan pentingnya penerapan
perspektif pro korban dalam penulisan berita, terutama untuk kasus-kasus
kekerasan atau ketidakadilan yang menimpa masyarakat. Menurut Eben, jurnalis
memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga martabat korban dengan memberitakan
secara berimbang, sensitif, dan tanpa merendahkan. “Menggunakan perspektif pro
korban bukan berarti menutupi fakta, tetapi memastikan agar korban tidak
mengalami reviktimisasi akibat pemberitaan yang kurang etis,” tegas Eben. Ia
menambahkan bahwa pemberitaan yang tidak sensitif bisa memperburuk trauma
korban dan bahkan menghambat pemulihan mereka.
Dalam kesempatan tersebut,
Eben juga mengulas teknik penulisan yang dapat digunakan jurnalis untuk tetap
menjaga integritas berita sekaligus melindungi identitas serta hak korban. Ia
menyarankan penggunaan kata-kata yang netral dan menjaga agar detail-detail
yang dapat mempermalukan atau memperburuk kondisi korban dihindari dari
pemberitaan. Eben mengajak para peserta yang terdiri dari mahasiswa dan calon
jurnalis untuk selalu berpihak pada kemanusiaan dalam menyampaikan berita.
Putri Aisyiah Rachma Dewi,
selaku moderator, turut menekankan pentingnya perspektif ini dalam pelatihan
jurnalisme di perguruan tinggi. Menurutnya, pendidikan jurnalistik harus
membekali mahasiswa dengan pemahaman etika yang kuat, terutama dalam
memberitakan kasus yang melibatkan korban. “Kita perlu memastikan agar
mahasiswa memahami bahwa berita bukan hanya tentang data atau fakta, tapi juga
tentang menjaga martabat manusia,” ungkap Putri.
Diskusi ini memberikan
wawasan baru bagi peserta mengenai peran penting perspektif pro korban dalam
jurnalisme yang bertanggung jawab. Para peserta juga diharapkan dapat
menerapkan prinsip-prinsip ini dalam praktik jurnalistik mereka di masa depan.
Acara ditutup dengan harapan agar perspektif pro korban bisa menjadi standar
dalam peliputan berita, sehingga media berperan aktif dalam menciptakan
masyarakat yang lebih berempati dan bertanggung jawab.
Share It On: