Diskusi Terfokus: Pendidikan Perempuan dalam Bingkai Pendidikan Masyarakat
Pada hari Jumat, 20 September 2024, Pusat Gender Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Pendidikan Perempuan dalam Bingkai Pendidikan Masyarakat”. Acara ini berlangsung di Gedung O5 Lantai 2 Fakultas Ilmu Pendidikan UNESA, dan menghadirkan dua pembicara utama: Nurul Yani, M.Pd., pendidik yang telah lama mengabdi di Sanggar Alang Surabaya, dan Dr. Wiwin Yulianingsih, M.Pd., akademisi dari UNESA yang aktif dalam penelitian dan pendidikan masyarakat.
Dalam diskusi tersebut, Dr. Wiwin Yulianingsih menyoroti pentingnya konsep pendidikan sepanjang hayat, khususnya bagi perempuan. Menurut Wiwin, pendidikan tidak hanya dimulai dan berakhir di institusi formal, tetapi juga harus hadir sebagai proses yang berlangsung sepanjang hidup. “Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan perempuan untuk terus belajar dan berkembang, baik untuk memperbaiki kualitas hidup mereka maupun sebagai bekal dalam menghadapi berbagai tantangan,” ungkap Wiwin. Ia menjelaskan bahwa pendidikan bagi perempuan bukan hanya tentang memperoleh pengetahuan akademik, melainkan juga keterampilan dan wawasan yang dapat membantu mereka berkontribusi dalam masyarakat dan keluarganya.
Sementara itu, Nurul Yani mengangkat isu pentingnya
akses pendidikan bagi perempuan marginal di Surabaya, terutama mereka yang
hidup di kawasan padat penduduk dengan tingkat ekonomi rendah. Nurul yang telah
lama mengabdi di Sanggar Alang menekankan bahwa pendidikan bagi perempuan di
kelompok marginal bukan sekadar kebutuhan, tetapi hak yang harus diperjuangkan.
Menurutnya, perempuan-perempuan ini perlu memperoleh bekal pendidikan yang
memadai agar mampu menghadapi kerasnya kehidupan di perkotaan. “Perempuan di
kelompok marginal menghadapi berbagai keterbatasan, termasuk akses terhadap
pendidikan yang berkualitas. Sangat penting bagi kita untuk memberi mereka
kesempatan belajar, baik dalam bentuk keterampilan praktis maupun wawasan yang
relevan dengan kehidupan sehari-hari,” jelas Nurul.
Diskusi yang berlangsung intens ini juga menghasilkan
berbagai gagasan untuk meningkatkan pendidikan bagi perempuan di Surabaya,
khususnya melalui kolaborasi antara universitas, lembaga swadaya masyarakat,
dan pemerintah daerah. Peserta FGD berharap agar pendidikan masyarakat bisa
menjadi prioritas dalam kebijakan pendidikan di masa depan, sehingga perempuan
di segala lapisan masyarakat memiliki kesempatan yang setara untuk belajar dan
berkembang.
Share It On: